Jumat, 29 Agustus 2008

Layar Monitor Flexibel Berbahan Dasar Nata de Coco

Mungkin sulit dibayangkan jika nata de coco yang biasa kita makan, suatu saat muncul di hadapan kita dalam bentuk layar televisi atau monitor komputer. Tapi para ilmuwan dari Kyoto University telah menemukan bahwa ternyata nata de coco dapat diolah menjadi material baru yang sangat kuat dan tahan panas, tetapi sekaligus lentur, dan mampu men-transmisi-kan cahaya. Salah satu produk yang mungkin dihasilkan dari nata de coco adalah layar monitor. Tidak percaya?
Nata de coco selama ini memang dikenal sebagai makanan yang sangat digemari masyarakat. Selain murah dan gampang dibuatnya, ternyata kandungan seratnya bisa memperlancar saluran pencernaan. Pembuatannya hanya melalui proses fermentasi air kelapa dengan menggunakan bakteri jenis Acetobacter xylinum. Jadi, tidak terbayangkan sebelumnya jika makanan yang begitu sederhana bisa diolah menjadi bahan baku industri yang lain.
Menurut para peneliti dari Lab of Active Bio-based Material-Kyoto University, nata de coco dapat dijadikan komposit yang sangat kuat dengan teknik pengolahan yang cukup sederhana. Lembar nata de coco yang sudah dihilangkan airnya dicelupkan terlebih dahulu ke dalam perekat polifenol formaldehid dengan berat molekul rendah. Setelah melalui proses pengeringan kemudian dipres panas pada suhu 180oC selama 10 menit sehingga akan dihasilkan komposit yang sangat kuat.
Material komposit tersebut mempunyai keteguhan patah (bending strength) 450 MPa, dengan kerapatan 1.4 g/cm3. Kekuatan ini lebih baik bila kita bandingkan dengan kekuatan baja campuran (Mg alloy AZ-91) yang mempunyai keteguhan patah sekitar 370 Mpa (kerapatan 1.8 g/cm3). Bahkan kekuatan komposit tersebut dapat disetarakan dengan kekuatan baja ringan SS400 (kerapatan 7.8 g/cm3) yang mempunyai keteguhan patah sekitar 500 MPa.
Komposit nata de coco bisa memiliki kekuatan yang sangat baik karena nata de coco memiliki microfibrils yang seragam dengan ukuran fiber kurang dari 10 nm, lurus serta membentuk jaringan seperti jaring laba-laba. Kekuatan jaringan inilah yang menjadikan komposit nata de coco mendekati kekuatan baja ringan namun dengan kerapatan yang jauh lebih rendah bila dibandingkan baja ringan. Keunggulan tersebut memungkinkan komposit nata de coco untuk dimanfaatkan dalam berbagai aplikasi seperti industri otomotif, elektronik, maupun konstruksi. Selain keunggulannya yang ringan, kuat, murah dan mudah dalam proses pembuatannya, keunggulan lainnya adalah komposit tersebut dibuat dari bahan alami (renewable resources) yang ketersediaannya di alam sangat melimpah.
Tidak hanya sampai di situ, komposit nata de coco bahkan memiliki sifat transmitter cahaya seperti kaca. Berdasarkan penemuan mutakhir dari para peneliti Kyoto University, ukuran fiber dari nata de coco yang berskala nano, memungkinkannya untuk mentransmisikan cahaya tanpa pembelokan. Sifatnya nyaris seperti kaca dengan keunggulan lebih tahan terhadap panas dan memiliki kelenturan seperti plastik. Hal ini menjadikan komposit nata de coco sebagai material impian dengan berbagai keunggulan.
Prinsip pembuatannya cukup sederhana, lapisan nata de coco dihilangkan airnya sehingga berbentuk lembaran seperti kertas. Setelah dikeringkan menggunakan vacuum oven, lembaran tersebut masih belum transparan karena masih mengandung rongga udara, sifat transparan dihasilkan setelah rongga udara diisi oleh senyawa resin yang mempunyai sifat transparan seperti resin akrilik. Selanjutnya dilakukan pematangan dengan menggunakan sinar UV, sehingga dihasilkan lembaran yang transparan.
Dengan berbagai sifat yang unggul seperti transparan, ringan, fleksible dan mudah dibentuk menjadikan komposit berbahan dasar nata de coco mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai layar monitor, kaca jendela mobil ataupun jendela kereta api. Di Jepang sendiri, saat ini pemanfaatan komposit tersebut sedang diaplikasikan dalam skala industri bekerjasama dengan pihak swasta. Diharapkan dalam waktu dekat, kita bisa menikmati layar monitor komputer yang lentur seperti plastik namun tahan panas seperti gelas. Bahkan tidak menutup kemungkinan nantinya kita akan memakai kacamata yang terbuat dari komposit nata de coco apabila komposit tersebut dikembangkan untuk alat optik.
Lalu bagaimana dengan pengembangan dan pemanfaatannya di Indonesia? Sebenarnya Indonesia dapat dikatakan sangat diuntungkan dengan melimpahnya ketersediaan nata de coco. Produksinya bersifat ramah lingkungan dan menguntungkan banyak rakyat kecil karena bisa dikerjakan dalam skala home industri. Pengembangan teknologi industri berbahan dasar nata de coco di Indonesia bisa jadi memiliki prospek cerah mengingat industri elektronik dan otomotif di Jepang mampu menyerap hasilnya.
Jepang, walaupun tidak memiliki sumber daya alam yang besar seperti Indonesia dan hanya mengimpor nata de coco dari Filipina, namun mampu mengembangkan nata de coco menjadi material yang prospektif dengan kemungkinan aplikasi yang luas. Jika teknologi ini bisa dikembangkan di Indonesia, bukan tidak mungkin Indonesia akan dapat menjadi penyedia komposit ini untuk berbagai aplikasi.

7 komentar:

Anonim mengatakan...

Hebat banget Jepang...

Indonesia seharusnya sekarang berusaha menyamai teknologi ini atau bahkan melampauinya terus bikin hak paten sendiri.

Kita jualan nata de coco, mereka jualan monitor nata de coco?
LOL

famel^^v mengatakan...

ilmuwan jepang manx keren...
nata de coco yang gw makan aja bs dijadiin layar..
oooo... tidakkkk.... nata de coco yang gw makan ternyata setara ma baja... kecian lambung gw.. untung sebelum dimakan gw gak panasin ampe gosong.. gila.. ampe 180 derajat bo... haha...
bs jadi bisnis bagus di Indonesia nih.. klo gak bs bikin ndiri, setidaknya kan bs diekspor nata de coconya...
nice post fren..
keep posting yo..
^^v

Anonim mengatakan...

Apakah dgn berita yg seperti itu akan mengakibatkan pembuat minuman nata de coco di indonesia ini jg akan beralih ke pembuatan monitor jg???

yuu kanda mengatakan...

Ciaossu!Well, nata de coco jadi layar monitor? sungguh penemuan yang keren dan ga' pernah terpikirkan..
Jadi klo pas lagi lapar tinggal makan monitornya aja donk..^^

Cute Wilz mengatakan...

he3 emang para ilmuwan jepang itu top margo top lah. mak nyos. dari bahan makanan bisa jadi monitor. mungkin indonesia bisa belajar dari jepang mungkin mebuat monitor dari tahu atau tempe. kan makanan favorit orang indonesia. walaupun bukan monitor setidaknya adlah satu produk made in indonesia yang bisa di banggakan kepada dunia

JoHaN mengatakan...

aneh tapi nyata, padahal kan bahan makanan tuh nata de coco, tapi cool kalo ada yang ngembangkan hal ini. layar LCD dengan bahan organik, pasti desain grafisnya tampak lebih nature.

kalo gitu, di indonesia kan nata de coco kan banyak, siapa tau kita bisa mengekspor ke jepang gitu biar devisa negara bisa lebih nambah gitu><><>

Vie' 娜 妃 mengatakan...

Hebat banget ya, ternyata nata de coco yang selama ini digemari sebagai makanan yang fresh, bisa juga dijadikan bahan dasar untuk pembuatan layar monitor ataupun bahan pengganti kaca.
Jepang mang terkenal banget dengan otak briliannya!!
Untungnya Indonesia memiliki persediaan nata de coco yang melimpah, jagi setidaknya Indonesia bisa menjadi salah satu eksportir terbesar utk Jepang sambil berusaha mempelajari cara untuk mengolah nata de coco itu menjadi bahan pengganti kaca ^^

Ads: 468x60